GIANYAR - Sepasang kekasih dihantam ombak besar, kemudian terseret arus dan tenggelam dalam posisi saling berpelukan di Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Minggu (11/5) sore. Akibat musibah yang terjadi saat mandi bersama ini, satu korban ditemukan sudah dalam kondisi tewas, sementara satu korban lagi masih hilang.
Dua sejoli korban amuk gelombang Pantai Gumicik saat mandi bersama, Minggu sore sekitar pukul 16.30 Wita, masing-masing I Kadek Purnayasa, 22 (pemuda asal Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng) dan Ni Luh Putu Widia Anggreni, 22 (gadis asal Banjar Gerih, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar).
Korban Luh Putu Widia Anggreni yang sudah langsung ditemukan dan berhasil dievakuasi Tim SAR, sekitar 2 jam pasca musibah. Sedangkan pacarnya, Kadek Purnayasa, hingga berita ini naik cetak tadi malam, belum ditemukan. Musibah maut di Pantai Gumicik kemarin sore berawal ketika korban Kadek Purnayasa dan pacarnya, Luh Putu Widia Anggreni, berkeinginan mandi laut kemarin sore. Menurut bibi korban Kadek Purnayasa, yakni Ni Luh Sadri, 37, keponakannya dan sang pacar sore itu datang ke pantai bersama 12 orang temannya. Luh Sadri yang telah menikah ke Lingkungan Peladung, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem juga ikut dalam rombongan mandi di pantai ini bersama suaminya, I Ketut Alit, 42, dan empat anak perempuan mereka. Sementara 5 orang lagi adalah teman-teman korban sejoli Kadek Purnayasa-Putu Widia Anggreni.
Namun, 14 orang ini kemudian mandi di dua tempat terpisah, yakni di Pantai Gumicik dan Pantai Lembang (yang posisinya berada di sebelah barat Pantai Gumicik). Korban sejoli Kadek Purnayasa dan Putu Widia Anggreni pilih mandi di Pantai Gumicik bersama Luh Sadri dan 6 orang lainnya.
Setibanya di Pantai Gumicik, Kelompok 9 (dua korban bersama sang bibi dan rekan-rekannya) langsung duduk-duduk di tepi laut. Kemudian, 3 orang di antara mereka mandi di Pantai Gumicik, yakni korban sejoli Kadek Purnyawaya-Putu Widia Anggreni, dan Ni Kadek Nopi, 14 (salah satu anak dari Luh Sadri). Korban sejoli Kadek Purnayasa-Widia Anggreni mandi aagak ke tengah, sementara Kadek Nopi (keponakan Kadek Purnayasa) mandi agak di pinggir Pantai Gumicik. Tiba-tiba, muncul ombak besar menghantam dan mengguli pasangan sejoli Kadek Purnayasa-Widia Anggreni, hingga terseret ke dalam laut dan tenggelam. Sedangkan bocah Kadek Nopi berhasil selamat dari terjangan ombak. Siswi sebuah SMP inilah yang langsung berteriak histeris minta tolong ketika melihat pamannya, korban Kadek Purnayasa dan Widia Anggreni, ditelan gelombang.
Seluruh rombongan yang berada di Pantai Gumicik pun kelabakan, termasuk Luh Sadri, bibi dari korban Kadek Purnayasa. Sepintas, Luh Sadri sempat melihat dua sejoli Kadek Purnayasa-Widia Anggreni terseret gelombang dalam posisi saling berpelukan. “Setahau saya, mereka (Kadek Purnayasa-Widia Anggreni) terseret dan tenggelam dalam posisi berpelukan, karena sama-sama berupaya melawan ombak,’’ tutur Luh Sadri saat ditemui di tengah upaya pencarian korban di Pantai Gumicik, kemarin sore.
Musibah yang menimpa pasangan kekasih di Pantai Gumicik ini langsung dilaporkan ke Mapolsek Sukawati, lanjut ke Polres Gianyar dan instansi terkait lainnya. Tak lama berselang, petugas gabungan dari Tim SAR Polaiur Polda Bali, Polair Polres Gianyar, BPBD Gianyar, dan Balawista Gianyar terjun ke lokasi musibah untuk melakukan pencarian.
Minggu petang sekitar pukul 18.30 Wita, muncul informasi korban Putu Widia Anggreni sudah ditemukan dalam jarak 70 meter arah timur lokasi tenggelam di Pantai Gumicik. Gadis berusia 22 tahun ini ditemukan sudah dalam kondisi sudah tewas. Saat ditemukan, korban Widia Anggreni mengenakan baju putih dan celana warna krem.
Sedangkan pacarnya, Kadek Purnayasa, pemuda Buleleng yang kesehariannya tinnggal di Jalan Batuyang Gang Belibis Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar hingga tadi malam belum ditemukan. Dari pantauan, Kapolsek Sukawati Kompol I Ketut Dana terjun ke lokasi musibah mendampingi Kabag Ops Polres Gianyar, Kompol I Wayan Surata. Keluarga korban Kadek Purnayasa dari Buleleng dengan setia menunggui di Pantai Gumicik. “Ide mandi bersama ke pantai ini datang dari keponakan saya sendiri (korban Kadek Purnayasa). Tapi, kami tak menyangka akan terjadi musibah seperti ini. Kami juga tidak ada menerima firasat apa-apa sebelumnya. Hanya saja, koponakan saya sebelumnya sempat minta banyak kepingan VCD kepada suami saya,’’ ungkap Luh Sadri.
Sementara itu, kemunculan korban Putu Widia Anggreni yang sudah dalam kondisi tewas, kemarin petang, disambut isak tangis teman-temannya. Ayah korban, I Wayan Gede Sudana, juga amat terpukul atas musibah yang menimpa putrinya. Apalagi, saat Gede Sudana tiba di Pantai Gumicik, jasad putrinya sudah dikerubuti ratusan warga.
Jenazah korban Widia Anggreni lkemarin petang angsung diangkut dengan mobil ambulans ke RSUD Sanjiwani Gianyar untuk penyelidikan lebih lanjut. Hingga tadi malam, belum diketahui kapan jenazah korban akan dipulangkan ke rumah duka di Desa Pakraman Batuan, Kecamatan Sukawati untuk kemudian dimakamkan.
sumber : NusaBali