TABANAN - Delapan (8) dari 12 korban luka-luka akibat kecelakaan lalulintas mobil rombongan pamedek (umat yang tangkil ke pura) asal Desa Pakraman Batunya, Kecamatan Baturiti, Tabanan seusai upacara Meajar-ajar, Selasa (1/10) lalu, masih dirawat intensif di RSUD Tabanan. Sedangkan 4 korban luka lainnya sudah dibolehkan pulang dari rumah sakit. Sebaliknya, 2 jenazah korban tewas sudah dikuburkan keluarganya, Rabu (2/10).
Empat (4) korban luka-luka yang sudah dibolehkan pulang dari RSUD Tabanan, Rabu kemarin, masing-masing I Wayan Agus Aditya Saputra, 3, Ni Putu Amel, 6, I Ketut Berih, 40, dan Ni Ketut Jelih, 45. Wayan Agus Aditya Saputra adalah balita usia 3 tahun yang notabene merupakan anak dari korban tewas Ni Kadek Mungni, 27. Kondisi balita Agus Aditya Saputra sudah membaik, sehingga kemarin diboyong ayahnya, I Gede Putra Junaedi, untuk diajak pulang ke Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Badung. Sedangkan jenazah ibundanya, Ni Kadek Mungni, sudah lebih dulu dibawa pulang dari RSUD Tabanan ke rumah duka di Desa Pakraman Sulangai, Selasa malam. “Kondisi balita Agus Aditya Saputra sudah membaik. Dia sudah bisa dipulangkan dari rumah sakit,” ungkap Direktur Utama RSUD Tabanan, dr Nyoman Susila, saat dikonfirmasi, Rabu kemarin.
Menurut dr Susila, balita tersebut dipulangkan hampir bersam,aan dengan 3 korban luka lainnya: Putu Amel, Ketut Beri, dan Ketut Jelih. Sedangkan 8 korban luka yang hingga Rabu kemarin masih dirawat di RSUD Tabanan, semuanya asal Banjar Juwuk Legi, Desa Batunya, Kecamatan Baturiti. Mereka masing-masing Sri Kusuma Dewi, 6, Mas Wismaya, 15, I Wayan Tenong, 50, Ni Ketut Sucarmi, 35, Agus Tirta, 15, Dogol, 50, Yan Mor, dan Ni Komang Ayu Sintia Dewi, 16. Dari 8 orang ini, 4 korban di antaranya dirawat intensif di ruang ICU RSUD Tabanan, sementara 4 korban lainnya disebar di Zal Cempaka dan Zal Bougenvile RSUD Tabanan. Yang dirawat di ICU itu termasuk korban kritis, termasuk di antaranya bocah Sri Kurnia Dewi, 6. Bocah Sri Kurnia Dewi notabene merupakan cucu dari korban tewas di Wayan Sadri, 51. “Satu pasien kritis atas nama Sri Kusuma Dewi belum berani diambil tindakan agresif, karena kondisinya belum stabil. Kita konservatif dulu. Sedangkan dua korban kritis sudah diambil tindakan operasi,” papar dr Susila.
Sementara itu, jenazah korban tewas Ni Wayan Sadri yang sempat dititipkan di Instalasi Pemusalaran Jenazah (IPJ) RSUD Tabanan, baru dipulangkan ke rumah duka, Banjar Juwuk Legi, Desa Pakraman Batunya, Kecamatan Baturiti, Rabu sore. Jenazah Wayan Sadri langsung dikubur melalui ritual makingsan ring gni di setra desa setempat. Pantauan krama Banjar Juwuk Legi terlihat berkumpul di depan rumah duka, Rabu sore pukul 15.30 Wita, dengan mengenakan pakaian adat madya. Beberapa di antaranya sudah siap dengan blakas dan perkakas lainnya untuk persiapan ritual penguburan ke setra. Ritual penguburan jenazah Wayan Sadri diiringi 178 KK krama adat Banjar Juwuk Legi. Menurut Kelian Adat Banjar Juwuk Legi, I Wayan Suardana, jenazah Wayan Sadri baru boleh dipulangkan dari RSUD Tabanan karena masih menunggu prosesi Ngelinggihang Batara Hyang di Sanggah masing-masing dalam upacara Ngaben Massal di banjar setempat.
“Begitu upacara Ngelinggihang Bhatara Hyang usai, barulah jenazah korban tewas dikirim dari RS,” jelas Wayan Suardana. Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Juwuk Legi, Made Putra Adnyana, mengatakan sehari sebelum msibah maut rombongan upacara Meajar-ajar yang menewaskan 2 pamedek dan 12 korban luka, dirinya sempat mimpi aneh. Dalam mimpinya itu, Putra Adnyana melihat serumpun pohon pisang mati tercerabut. Dia kemudian menyuruh panitia penggalian dana, Pak Gokong, untuk menghaturkan serumpun pohon pisang tersebut. “Saya ingat dengan kisah-kisah di film, bahwa pohon pisang biasanya dijadikan simbol manusia. Saya sempat takut, namun belum menceritakan mimpi aneh itu ke warga lainnya. Eh, besok siangnya, terjadi musibah rombongan Meajar-ajar kecelakaan lalu lintas sepulang dari Pura Ulun Danu Beratan,” kenang Putra Adnyana, Rabu kemarin. Musibah maut yang menimpa rombongan upacara Meajar-ajar asal Banjar Juuk Legi, Desa Pakraman Batunya terjadi Selasa siang pukul 14.00 Wita.
Saat itu, mobil Pick Up DK 9780 AE yang ditumpangi 14 orang termasuk sopir I Wayan Sutirka, 50, dalam perjalanan pulang dari ritual Meajar-ajar di Pura Ulun Danu Beratan, Desa Pakraman Candi Kuning, Kecamatan Baturiti. Mobil rombongan upacara Meajar-ajar ini melaju dari arah utara menuju selatan (arah Denpasar). Setibanya di lokasi TKP di jalan menurun kawasan Banjar Taman Tanda, Desa Batunya dekat Rumah Makan Saras, mobil Pick Up naas ini berusaha mendahului mobil Carry di depannya yang juga mengangkut rombongan Meajar-ajar asal Banjar Juuk Legi, Desa Pakraman Batunya, dengan mengambil haluan ke kanan dalam kecepatan tinggi. Sialnya, mobil Pick Up yang dikemudikan Wayan Sutirka ini oleng ke kanan, lalu menabrak gundukan tanah di sebelah barat jalan hingga terbalik. Mobil Pick Up naas ini terguling dalam posisi kebala kembali menghadap ke utara (arah semula Pura Ulun Danu Beratan). Akibat kejadian ini, seluruh 13 penumpang di bak belakang tumpah ke aspal.
Celakanya lagi, ada 2 penumpang yang tertindih mibil Pick Up terguling ini, hingga langsung tewas di lokasi, yakni Ni Wayan Sadri dan Ni Kadek Mungni. Habis menumpahkan seluruh penumpang di bak belakang dan melindas 2 orang, mobil naas ini bergerak mundur, hingga menabrak Pick Up DK 9626 UK yang bergerak dari arah selatan (Denpasar), yang dikemudikan I Putu Yasa, 45 (asal Banjar Bukit Catu, Desa Candi Kuning, Baturiti. Beruntung, sopir Putu Yasa, yang mengangkut sayur mayor ini dalam keadaan selamat. Sopir Pick Up naas, Wayan Sutirka, juga selamat dari maut tanpa luka sedikit pun.
sumber : NusaBali