BANDAR LAMPUNG - Setelah ditandatanganinya kesepakatan damai pasca bentrok warga antar-kampung, krama Bali perantauan di Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan mulai kembali ke rumahnya masing-masing dari pengungsian, Senin (5/11). Pada hari yang sama kemarin, Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga terjun ke Lampung Selatan menemui krama Balinuraga korban bentrok, sembari berdialog dan serahkan bantuan Rp 550 juta kepada mereka.
Sebagian besar dari ribuan pengungsi yang selama sepekan ditampung di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandar Lampung, Senin kemarin pulang kembali ke rumahnya di Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, yang berjarak sekitar 60 km. Mereka pulang menggunakan angkutan bus dengan dikawal aparat Brimob dan Marinir. Mereka kemudian dikumpulkan di Bale Desa Balinuraga. Karena rumah-rumahnya hangus dibakar massa, buat sementara, para pengungsi korban bentrok ini akan diberikan tenda untuk tempat tinggal darurat.
Anak-anak krama Bali perantauan dari Desa Sidoreno yang sempat sepekan berada di pengungsian, juga sudah kembali berseragam sekolah SD, Senin kemarin. Pada hari pertama sekolah lagi di lokasi rusuh, murid-murid SD ini tidak dibimbing oleh guru pengajar, melainkan petugas Brimob bersenjata lengkap. Mereka diajak petugas Brimob bergembira dengan bernyanyi dan bermain guna menghilangkan trauma pasca rusuhan 27-29 Oktober 2012 lalu, yang merenggut 12 korban nyawa dan ratusan rumah dibakar
massa.
massa.
Warga dan anak-anak korban bentrok ini kembali ke kampung halamannya di Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, setelah adanya perjanjian daman keduabelah pihak, Minggu (4/11) lalu. Kesepakatan damai itu berisi 10 poin. Di antaranya, keduabelah pihak sepakat menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan, keharmonisan, kebersamaan, dan perdamaian antarsuku yang ada di Lampung Selatan (selengkapnya, lihat tabel). Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika memenuhi janjinya untuk terjun ke Lampung Selatan menemui korban bentrok dari Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno di pengungsian, Kamis kemarin. Gubernur Pastika menemui korban bentrok didampingi Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali Jero Gede Wayan Suwena Putus Upadesa, Ketua Komisi I DPRD Bali Made Arjaya, Wakil Ketua PHDI Bali Made Raka Suwarna, Karo Humas Setda Provinsi Bali Ketut Teneng, dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Bali Ketut Rochineng. Begitu tiba di Bandara Bandar Lampung, rombongan Gubernur Pastika langsung menuju Kantor Gubernur Lampung dan diterima oleh Wagub Lampung Djoko Umar Said. Beberapa saat kemudian, barulah Gubernur Lampung Sjachroedin datang bergabung rombongan Gubernur Bali. Selanjutnya, di Kantor Gubernur Lampung dilaksanakan ramah tamah dan dialog dengan unsur masyarakat adat Lampung, tokoh agama, dan tokoh pemuda. Dialog kemarin juga dihadiri Kapolda Lampung, Danrem Lampung, dan Kajati Lampung. Habis dialog di Kantor Gubernur Lampung, barulah rombongan Gubernur Pastuka menuju lokasi pengungsian krama Balinuraga dan Sidoreno di SPN Kemilang.
Saat dialog dengan Gubernur Bali kemarin, Gubernur Lampung menyesalkan peristiwa bentrok yang merenggut 12 nyawa. Gubernur Lampung juga menyatakan tidak setuju warga Lampung etnis Bali diusir keluar dari Lampung Selatan, "Mereka (krama Bali perantauan) datang ke sini dengan membeli tanah. Ini indonesia, tanggal 28 Oktober itu satu nusa satu bangsa," ujarnya.
Sedangkan Gubernur Pastika dalam tatap muka kemarin menyampaikan keprihatinannya atas bentrok yang menelan korban nyawa dan perusakan rumah serta harta benda. Pastika pun mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada Gubernur Lampung serta seluruh tokoh agama dan masyarakat yang telah menandatangani kesepakatan damai.
"Langkah-langkah yang diambil Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, tokoh masyarakat, serta pihak keamanan untuk segera menyelesaikan konflik, patut diapresiasi sehingga pertikaian tidak melebar," katanya sembari menyebut jalinan persaudaraan antara etnis Bali di Lampung dengan masyarakat asli daerah itu harus terus dibina.
Pastika berharap kondisi Lampung semakin baik dan masyarakatnya sejahtera. Menurut Pastika, etnis Bali yang tinggal di Lampung merupakan rakyat daerah itu seperti halnya etnis Jawa yang tinggal di Lampung. "Sebagai rakyat Lampung dari etnis Bali, bisa menjadikan langit Lampung juga sebagai langitnya seperti kata pepatah 'di mana tanah dipijak, di sana langit dijunjung'," ujar Pastika. Usai dialog di Kantor Gubernur Lampung, Gubernur Pastika dan rombongan kemarin langsung menuju tempat penampungan pengungsi korban bentrok di SPN Kemilang, Bandar Lampung. Gubernur Pastika sempat bertemu langsung dengan krama Bali perantuan korban bentrok pengungsi, sambil menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa sepekan lalu.
Ketika Gubernur Pastika tiba, di SPN Kemilang masih ada sekitar 150 pengungsi. Dalam kesempatan itu, Pastika menyerahkan sumbangan Rp 500 juta rupiah yang berasal dari pegawai PNS lingkup Pemprov Bali. Pastika juga menyerahkan sumbangan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ny Ayu Pastika, sebesar Rp 50 juta. Sumbangan Ayu Pastika yang diserahkan Gubernur ini berasal dari 5 organisasi wanita di bawah pimpinannya.
Selain itu, juga diserahkan sumbangan sebesar Rp 53,5 juta dari organisasi masyarakat di Bali. Semua sumbangan itu diserahterimakan Gubernur Pastika kepada krama korban bentrok melalui pengurus PHDI Lampung. Serahterima sumbangan kemarin disaksikan langsung Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma dan Gubernur Lampung, Sjachroedin.
Kepada karma Bali perantauan di pengungsian, Pastika berpesan agar mereka sebagai masyarakat Lampung asal Bali, haruslah menjunjung tinggi adat budaya di daerah tersebut. "Seperti halnya warga Lampung yang dari Jawa, jadi hubungan baik antar sesama harus terus dijalin agar tidak terjadi bentrok serupa," pesannya.
Dre@ming Post______
sumber : NusaBali